Rabu, 10 April 2013

TO PEMBUNI



MAMUJU WILAYAH YANG KAYA AKAN KERAGAMAN ETNIK DAN MENYIMPAN SEJUTA BUDAYA YANG UNIK

DIANTARANYA MASYARAKAT “TOPEMBUNI”
Masyarakat  Pembuni adalah sebutan untuk masyarakat  suku tersing yang berdiam diwilayah hutan hulu sungai budong-budong kecamatan topoyo kabupaten mamuju perovinsi sulawesi barat
Topembuni adalah sebuah istilah dalam bahasa Mamuju untuk menunjukan sekelompok masyarakat atau suku yang tinggal atau hidup dihutan. Menurut pengertian kata  Pimbuni (kata kerja) artinya sembunyi, To menandakan pelaku atau menunjukan orang yang memiliki sifat darikata berikutnya. Topembuni  artinya Orang Yang Berembunyi. Sedangkan  menurut istilah Topembuni ialah “orang yang hidup menyembunyikan atau mengasingkan diri dihutan”, istilah  itu mungkin dikarenakan masyarakat pembuni tersebut hidup jauh di dalam hutan jadi seakan tersembunyi,  dan mereka senantiasa bersembunyi jika ada orang asing yang menemui  atau kebetulan berpapasan dengan mereka.  selain itu konon jika bersembunyi tidak akan ditemukan walau media tempat bersembunyinya hanya selembar daun ilalang.
Asal usul Masyarakat Pembuni
Masyarakat pembuni  sudah sejak lama mendiami hutan-hutan sulawesi barat, mereka memilih bermukim di daerah sekitar alur sungai secara nomaden, hal itu dapat difahami mengingat daerah aliran sungai banyak menyediakan sumber makanan bagi mereka . Lahan-lahan pertanian,Ikan-ikan dan pohon-pohon sagu banyak tumbuh disana.
Salah satu hulu sungai yang menjadi tempat masyarakat pembuni terdapat air terjun yang sangat tinggi dan aliran sungai tersebut bermuara di  desa Lumu  kec. Sampaga
Nene moyang nya berasal dari dua suku besar yaitu suku KANTEVU sub suku Kulawi yang berasl dari sulawesi tengah ,masuk kewilayah lanjio  dan sekitar kurang lebuh 150 tahun yang lalu.dan suku SEKO dai Palopo yang berasal  dari sulawesi tenggara, yang masuk kurang lebih 80 tahun yang lalu.
Kedua suku ini bertemu setelah beberapa tahun di dalam hutan secara berpindah-pindah. Walaupun hidup jauh di dalam hutan namun mereka tetap berinteraksi dengan masyarakat dari asal mereka, terutama suku SEKO yang dibuktikan dengan beberapa kali mereka pulang untuk menghadiri acara keluarga mereka yang diselenggarakan di SEKO.
Walaupun berasal dari dua suku berbeda, mereka hidup dalam satu lingkungan dan melakukan perkawinan sehingga terjadi semacam asimilasi kebudayaan, yang tak kala menariknya adalah bahwa ternyata mereka dari dua suku ini dipimpin oleh hanya satu orang kepala suku.. (hal ini masih menjadi penelitian penulis) saat ini mereka dipimpin oleh kepala suku yang bernama PEDUA

Direspekan
Setelah perogram pemerintah untuk mensosialkan mereka di tobadak 4 banyak juga warga dari akntevu yang mengikuti kawan mereka.
Beberapa tahun di pensosialisasian sebagian besar diantara mereka kembali kehutan karena kurang mampu menyesuakan diri dengan kehidupan baru itu. Mereka membuka kebun-kebun.
Apa pernah terjadi kompilk?
Dalam skala kecil komflik (persoalan Rumah tangga) terjadi pada masyarakat manapun, hal itu  tentunya juga berlaku pada masyarakat pembuni. Hasil wawancara penulis dengan beberapa tetuahnya menyatakan bahwa tidak pernah terdapat komflik yang besar(komflik antara suku ) karena mereka hidup dalam suasana saling menyayangi dan saling menjaga. Dapat di fahami  bahwa keadaan masyarakat  yang belum kompleks dan  jumlah mereka tidaklah banyak hanya berkisar ±110 kk memungkinkan  kondisi harmonis tersebut dapat terpelihara dengan baik.
MELARIKAN DIRI KEDALAM HUTAN
Mengapa lari kehutan ?
 Pada kurang lebih 150 tahun yang lalu, pada zaman itu tentulah zaman penjajahan pada seluruh wilayah nusantara, tipikal sebagian masyarakat kita adalah masyarakat yang tidak ingin dijajah oleh kekuasaan manapun kecuali yang berasal dari kalangan mereka sendiri, Masyarakat kantevu adalah masyarakat yang menganut nilai-nilai kebebasan yang tinggi dalam bingkai budaya mereka, kedatangan para penjajah membuat sistem sosial mereka terganggu, para tokoh adat yang tidak mau diperintah penjajah berupaya mempertahankan kelestarian adat dengan  melarikan diri ke hutan.
Bagai mana masyarakat Seko?
 Sebagian Masyarakat seko adalah masyarakat yang memiliki kebiasaan berpindah-pindah, mereka menerapkan sistem pertanian kuno bertani nomaden, mereka menelusuri lereng-lereng gunung, mendaki dan menyebrangi sungai untuk mendapatkan lahan yang baik untuk perladangan. Saat mereka terus bergerak berpindah tanpa sengaja bertemu dengan kelompok masyarakat Kantevu yang selanjutnya mereka hidup secara berdampingan.

KEPERCAYAAN
Masyarakat pembuni percaya adaya kekuatan yang menguasai manusia dan alam semesta. Esensi dari pada dzat yang maha Esa tersebut mereka sebut dengan istila PUANG. Selain itu mereka juga percaya pada kekuatan roh-roh yang berdiam pada tempat  tertentu dan benda-benda yang dianggap keramat mampu mengintervensi kehidupan manusia, dapat membuat sakit, mengobati,bahkan membunu manusia.

KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Makanan
Makanan pokok masyarakat pembuni adalah padi,sagu, ubi, jagung, tlas, Pondo dll, selain itu mereka juga menanam kacang tanah, pisang, sebagai makanan sela.
Pakaian
Selama di belum banyak berinteraksi dengan manusia luar, masyarakat pembuni menggunakan Kulit pohon kayu sebagai bahan pakaiyan, pohon kayu yang dijadikan sebagai kain tertentu jenisnya, karna banyak jenis kayu yang kulit dan getahnya dapat membuat gatal bahkan keracunan. Bahan dari kulit kayu tersebut kemudian digunakan sesuai dengan kebutuhan misalnya dibuat baju,celana, sarung,ikat kepala, dan lain-lain.
Perdagangan dan interaksi ke masyarakat luar
sebelum di mukimkan oleh Pemerintah melalui Dinas Sosial Masyarakat pembuni  hidup dari berburu dan bercocok tanam. Antara lain hasi buruan; anoa, rusa, babi dan ayam Hutan. Sedangkan hasil ber cocok tanam antara lain; padi,sagu,ubi jalar, talas, ubi kayu dan lain-lain. Mereka juga gemar mengumpulkan hasil hutan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Setelah mereka berinteraksi dengan masyarakat lain,penjualan hasil-hasil hutan perlahan-lahan juga mereka kenal sehingga banyak diantara mereka yang terlibat dalam aktifitas perdagangan. Hasil-hasil yang mereka jual  diantaranya: Kayu gaharu, Damar, Batu-batu yang indah,langsat  Duria  dan hasil-hasil yang Lain.
CERITA-CERITA(MITOS)
Asal mula padi.
Pada awalnya Padi merupakan makanan pokok  masyarakat pembuni. Namun pada kurang lebih 100 tahun yang lalu sebuah peristiwa alam yang menyebabkan mereka kehilangan lahan pertanian dan bibit tanaman padi. Pada kurang lebih sekitar 150 tahun lalu atau  kurang lebih 50 tahun kemudian mereka kembali mendapatkan bibit tanaman padi. Kisah penemuan  kembali padi menjadi  cerita  menarik. Dikisahkan………………………salah seorang mememukan sebuah tanaman aneh yang umbuh diatas batu. Setelah semakin lama bentuknya semakin jelas bahwa tanaman itu adalah sebatang padi..setelah mengetahui pasti bahwa tenaman itu padi mereka kemudian merawat dan menjaganya. Setelah berbua mereka kemudian  menjadikan sebagai bibit untuk ditanam lagi. Setelah dirasa jumlahnya banyak barulah mereka menanam untuk kebutuhan pangan..menurut mereka jenis padi ini lain dari yang sebelumnya.. padi ladang ini dapat tumbuh ditempat ekstrim sekalipun dan aroma serta rasanya sangat bagus.. mereka memberi nama padi pandan karna baunya harum bagikan daun pandan
Oleh:  junardi Limpukasi
Nara sumber               :  Pedua ( kepala Suku)
  Gema
                                       Asli

7 komentar:

  1. Wah... cerita yang menarik... :)

    BalasHapus
  2. topembuni dalam cerita dimaksud diatas, apakah wujudnya juga selayaknya manusia?? karena jika dia bersembunyi dengan selembar daun juga bisa tidak nampak..

    BalasHapus
  3. Izinkan saya sekilas memperkenalkan diri, saya Ince Abdur Razak dari Palu, Sulawesi Tengah.
    saya salah satu mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah di UNTAD, dan saya sangat tertarik terhadap Suku Topembuni di Mamuju.
    ---------------------

    "TOPEMBUNI"
    Mereka Manusia serta mereka juga hidup Bermasyarakat , hanya saja Kebudayaan/Tradisi seta Gaya Hiduplah yang membedakan kita dengan mereka,...
    Memang jika kita mendengar kata "BERSEMBUYI DIBALIK DAUN" sulit di pecahkan oleh akal fikiran kita, karena itu merupakan salah satu kesaktian yang yang mereka miliki,..
    Mereka bukan hanya sekadar cerita dari bibir ke bibir, namun terkadang di jumpai oleh masyarakat yang sering beraktifitas keluar masuk hutan Mamju,..
    Memang sulit untuk menemukan mereka, hal itu dikarenakan gaya hidup meraka yang Nomaden,..

    BalasHapus
    Balasan
    1. maaf ya, saya mau klarifikasi , sy ingin meluruskan dari sedikit narasi anda mengenai suku pembuni solanya saya sendiri anak dari suku pembuni, ayahanda saya suku asli dari suku pembuni kak��

      jadi suku pembuni tu sudah lama berbaur dengan masyarakat, khusunya yang ada di kec tobadak desa batu perigi kab mamuju tengah sejak adanya transmigrasi , kemudian suku pembuni sudah hidup selayaknya masyarakat pada umunya dan tidak lagi hidup secara primitif dari segi pakaiyan sikap dll

      Hapus
  4. Kalau d daerah saya Mamasa ada dua jenis yaitu topembuni dan to banni.. dimana keduanya bersembunyi d hutan.. namun berbeda.. topembuni mempunyai perkampungan sementara tobanni mereka bermukim di selah2 batu gunung (goa) namun sering berpindah2..

    BalasHapus
  5. Saya menikah dengan keturunan suku pembuni. Yg dimana para narasumbernya adalah keluarga terdekat suami...😊🙏

    BalasHapus
  6. Sekarang ketua adat to Pembuni adalah pak asli setelah ayahanda nya pedua meninggal dunia. Beliau di pilih secara musyawarah suku to Pembuni baru" ini.. masyarakat adat to Pembuni ini sangat ramah sejauh yang sy kenal

    BalasHapus